Monday 6 February 2012

Sekelumit Kamus Lagak-Logat Khas Pati

Pati memang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Namun, secara bahasa, logatnya lebih dekat dengan Jawa Timur. Meskipun sama-sama Pantura, logat Pati jauh nian dengan Tegal dan sekitarnya. Bahasa Jawa memang kaya. Dan tak ada salahnya kita saling mengenal keunikan masing-masing daerah.


Berikut adalah beberapa istilah dan lagak bahasa khas Pati, yang belum tentu dijumpai di daerah lain. Sama halnya, keunikan bahasa daerah lain, yang tak dijumpai di Pati. Saya sendiri sadar, tulisan ini tak akan bisa menuangkan kekayaan bahasa secara lengkap dan rinci. Keterangan arti yang coba saya tulis belum tentu bisa menjelaskan arti kontekstual yang pas. Karena, seringkali definisi sebuah kata yah kata itu sediri. Susah untuk menjelaskannya dengan kata yang lain.

a; kira-kira sejajar dengan dong atau kan. Kata seru ini digunakan untuk menegaskan maksud kita. Di daerah Solo-Yogya, kita mengenalnya dengan seruan no (mis. Iyo, no). Sedangkan di daerah Jepara atau Semarang, ada seruan tah. Atau dalam konteks tertetu, orang Jawa umumnya menggunakan kaa seru to.
Contoh penggunaan: Aku mau ngerti kowe njajan. He’e, a? (Aku tadi melihat kamu jajan. Iya kan?)
“He’e a” ini seruan khas Pati. Umunya orang Jawa menyebutkan “Iya to”.
angas, wani; berani hanya jika tidak ada orangnya, atau berani di bibir saja.
Contoh penggunaan: Ditantang Si Bodong ra wani. Nanging nek ra ana wonge ngaku wani. Dasar wani-wani angas. (Ditantang Si Bodong kok tidak berani. Tapi kalau tidak ada orangnya mengaku berani. Dasar wani-wani angas)
bejijat; banyak polah kurang hati-hati.
Contoh penggunaan: Dadi wong ra sah bejijat. (Jadi orang tidak usah banyak polah)
dianto’i; hmmm, kira-kira sama dengan jancuk Jawa Timuran.
go; sejajar dengan dong. Biasanya digunakan dalam kalimat seru. Di Solo-Yogya ada istilah no.
Contoh penggunaan: Wong kok kesuwen. Gage, go! (Orang kok lambat. Lekas dong!); Mbok sabar, ngko sik, go! (Mbok sabar, nanti dulu dong!)
Nah, gage ini juga khas Pati. Biasanya orang menyebutnya lekas, cepet.
gonggos; rakus. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya gragas.
jangkar; memanggil orang yang lebih tua, langsung pada namanya. Tindakan ini menimbulkan kesan kasar dan tak sopan. Hal ini supaya membiasakan orang yang lebih muda untuk menghormati orang yang lebih tua dengan memanggil Mas, Mbak, Ibu, Bapak, atau Mbah, dll. Orang Jawa lainnya menyebutnyajantur.
Contoh penggunaan: Simak dialog antara kakek dan cucu berikut ini.
Kakek : Le, tukokno rokok, Le. (Nak, belikan rokok, Nak)
Cucu : Iyo Jan, Paijan. (Iya Jan, Paijan)
Kakek : Eee… karo mbahe kok jangkar. (Eh, sama kakeknya kok jangkar)
jantok; meminta tanpa malu-malu, dengan terang-terangan.
Contoh penggunaan: Simak dialog singkat dua anak kecil ini.
A: Eh, aku jaluk jajanmu, a! (He, aku minta jajanmu dong)
B: Bocah kok isane jantok. Tuku dhewe, a! (Anak kok bisanya jantok. Beli sendiri dong)
kakekane; hmmm, sejenis umpatan juga. Daerah lainnya, terutama Jawa Timur maupun Pantura juga menggunakannya.
klowor; diartikan konyol, tapi kurang tepat juga. Silakan simak aksi duet Ng Man Tat dan Stephen Chow. Itulah klowor. Kocak karena agak bodoh dan konyol.
leh; sejajar dengan sih. Biasanya digunakan dalam kalimat tanya.
Contoh penggunaan: Piye, leh? (Bagaimana sih?)
ogak; tidak. Kata ini juga bisa ditemui di daerah Jawa Timuran. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya ora.
pia-pia; sejenis gorengan. Orang Yogya menyebutnya bakwan. Ada yang bilang heci atau othe-othe. Namun, bagi orang Pati, bakwan adalah gorengan yang ada potongan biji jagungnya.
pupoh; hajar.
Contoh penggunaan: Ngebut pupoh. (Kalau ngebut di jalan ini, akan dihajar warga)
solu; tindakan menjilat.
Contoh penggunaan: Oalah, wong kok isane nyolu. (Walah, jadi orang kok bisanya menjilat)
ugung; belum. Kebanyakan orang Jawa menyebutnya durung.
Ada lagi pengucapan yang khas, setiap kata yang berakhiran –ih, akan diucapkan dengan akhiran –eh. Misalnya pilih diucapkan pileh. Putih-puteh. Getih-geteh. Sisih-siseh. Dll.
Sedangkan kata yang berakhiran –uh akan diucapkan dengan akhiran –oh. Misalnya duduh, diucapkan dudoh. Misuh-misoh. Musuh-musoh. Rusuh-rusoh. Tempuh-tempoh. Dll.
Ada lagi yang khas Pati. Jika kita membuat kalimat peritah, seringkali menggunakan partikel –ke. Misalnya: tukokke (belikan), lebokke (masukkan), dll. Biasanya, orang Pati menggunakan partikel –no. Mungkin daerah lain juga menggunakan kebiasaan ini. Misalnya: tukokno, lebokno.
Untuk menyatakan kata ganti milik orang kedua, biasanya orang menggunakan kata –mu. Misalnya: mbahmu (kakekmu), matamu, pitmu (sepedamu), dll. Namun, orang Pati terbiasa dengan –em (jika huruf akhirnya vokal, menjadi –nem). Misalnya: mbahem, matanem, pitem, dll.


Sumber :

http://yacobyahya.wordpress.com/2006/11/13/sekelumit-kamus-lagak-logat-khas-pati/

0 comments:

Post a Comment

Monggo diisi komentarnya....@simpang5tv...Matur Nuwun